Why Always (me) Pajak?”

Minggu, 15 April 2012

“Coba liat mas, gedung yang paling tinggi di ring road, kantor pemerintahan yang ada AC nya itu kantor apa? Yang parkirannya seperti showroom mobil itu, gedung apa?? Yang gaji pegawainya 10jutanan itu kantor apa?? Yang pegawainya “keceh” duit itu dari kantor mana?”

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang wajib pajak ketika saya dan teman kerja melakukan penagihan pajak di rumahnya. Terdengar dengan manis di nada suaranya tapi bermakna sarkatis dalam tafsirannya. Saya menginsyafi betul, nama instansi tempat saya bernaung ini sedang diserang oleh cacian dan cobaan yang bertubi-tubi dari berbagai pihak...mulai dari kasus Gayus, DW maupun Ajib....Belum lagi “rasan-rasan” di belakang yang tidak mengenakan hati. Seburuk itukah Direktorat Jenderal Pajak ?

Perpajakan adalah bagian vital dari suatu negara lebih-lebih di Indonesia. Ketika sektor migas belum bisa dimaksimalkan, maka 70%-80% duit negara ini didapat dengan cara memungut uang dalam bentuk pajak. Uang ini akan didistribusikan dalam APBN pada masing-masing kementerian. Jadi, institusi pajak yang mengumpulkan adapun tanggung jawab penggunaannya ada pada masing-masing kementerian. Salah apabila ada yang bilang jalan rusak, jembatan roboh, PLN byar pet, sekolah ambruk karena uangnya dikorup oleh pegawai pajak....NO NO....masing-masing Kementerian-lah yang mengelolanya. Misal, kementerian Pekerjaan Umum (FYI mereka mendapat pembagian jatah uang apbn terbesar setelah Pertahanan)....merekalah yang bertanggung jawab membangun gedung-gedung, jembatan, infrastruktur. Pendidikann ada di kementerian pendidikan, dan sebagainya.

next gunjingan...”Uang pajak dikorup pegawainya?”
pertanyaan saya “Pernahkah bikin NPWP lantas menyampaikan laporan dan membayar pajak??”.
kalo belum (pantas tidak tahu :p), mohon cari satu saja kantor pajak yang uang pajaknya diterima oleh pegawainya...saya jamin tidak ada. Mekanisme pembayaran pajak adalah melalui surat setoran pajak (SSP) yang disetor sendiri ke bank persepsi (bank yang ditunjuk pemrintah) atau kantor pos. Gimana mau “diunthet” wong wajib pajak sendiri yang mbayar langsung ke negara.
Oia, satu lagi. Misal dah bikin NPWP...coba deh keluarkan kartu2 dari dompet, lantas ingat-ingat mana yang bikinnya paling cepet...mana yang bikinnya tanpa biaya alias gretongan....mana yang bikinnya gak pake syarat ribet nyiapin ini itu :D.
Pajak (DJP) itu juga punya prestasi jugak lah. Gak nista selamanya. Dari sisi pelayanan administrasi, menduduki peringkat ke-2 setelah KPPN (perbendaharaan). Orang yang pernah bikin NPWP pasti paham maksudnya , gak sampai setengah jam dah kelar. KPK juga bikin survey integritas pada instansi-instansi pemerintah. Hasilnya, pajak dinilai 7,65 dari nilai maksimal 10. Jauh di atas standar KPK yaitu 6.0. Untuk kode etik dinilai 9, 73 (dari skala 10) dan untuk promosi anti korupsi 9, 82 (dari skala 10). Untuk pelayanan, survey dilakukan oleh IPB dengan hasil 3, 79 (dari skala 4).....liat di portal DJP atau okezone.com coba.

Lah...baik-baik mulu...itu liat di TV..Gayus...Ajib....Dhana....? itu konkret bahwa pegawai pajak itu nakal nakal kan??
Gayus emang nakal bro. Semua pegawai pajak juga mengakuinya. Maen-maen di keberatan seenak udelnya sendiri. Rekening gendut Dhana? Belum terbukti. Jadi mesti ada asas presumption of innocence (praduga tak bersalah), Ajib gimana? Ajib itu rekeningnya gendut karena dia nampung Gaji rapelan seluruh lulusan stan yang baru digaji setelah magang beberapa lama. Jadi nominalnya besarr banget

Oia, ngomong-ngomong tentang rekening gendut, yang punya itu bukan hanya pegawai pajak saja lo. Di Polri atau tentara.....atau pejabat2 di kementerian lain juga banyak. Jadi mengutip kata-katanya Balloteli “why always me pajak?”.....saya juga bingung.