Suatu ketika, di sebuah pantai di selatan
Jawa, saya pernah merasakan perasaan batas antara hidup dan mati. Kala itu
serombongan kami yang bermain berenang di pantai itu terseret ombak. Iya, tidak
cukup satu dua orang waktu itu tetapi serombongan sampai sampai kami mencoba
berpegangan bersama. Tuhan masih berbaik hati, ombak yang menyeret, ombak pula
yang mendorong kami kembali ke tepian pantai.
Lalu di pantai selatan Jawa pula, saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri seorang pemuda terseret sampai ke tengah laut. Kepalanya timbul dan tenggelam. Sorot matanya panik. Tangannya berusaha menggapai-gapai ke atas mempertahankan hidup. Walau akhirnya pasrah . Lantas, beberapa anak lokal pantai yang pemberani mendorong papan surf-nya menaiki ombak sampai kepada pemuda tersebut. Dan Ia pun selamat tetapi tak urung membuat yang melihatnya shock akibat ketidakberdayaan mereka.
Pantai Selatan Jawa memang terkenal akan keganasan ombaknya dan tak jarang menelan korban jiwa. Itulah pikiran saya manakala kami berencana mengunjungi ke sebuah pantai, Pantai Sawarna yang terletak di ujung selatan pulau Jawa, tepatnya di Kota Sukabumi . Namun, kalau kita disetir oleh ketakutan bukankah tidak ada penjelajahan Columbus yang mahsyur itu atau Penaklukan Jengis Khan yang mahaluas sampai-sampai gen bawaan bangsa mongol banyak dimiliki manusia masa kini, atau penemuan-penemuan berbahaya yang memakan korban penciptanya. Pesawat, kereta api, Radium ?
Rendezvouz ada di Kampus kami yang nostalgik walau sekarang dipenuhi wajah-wajah baru nan botak J, kampus STAN. Waktu itu hanya ada kami bertiga Simbah, Arik, dan Putri. APV Sewaan belum menunjukkan derunya walau kami sudah capek mengitari kampus ini sendiri-sendiri. Akhirnya mobil merah maroon itu tiba dengan membawa teman teman yang lain. Yudha, Pras, Khoir, Vito. Total 8 orang dan APV pun digas sekencang-kencangnya di pagi itu, kencang standar kota Jakarta hahaha
Lalu di pantai selatan Jawa pula, saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri seorang pemuda terseret sampai ke tengah laut. Kepalanya timbul dan tenggelam. Sorot matanya panik. Tangannya berusaha menggapai-gapai ke atas mempertahankan hidup. Walau akhirnya pasrah . Lantas, beberapa anak lokal pantai yang pemberani mendorong papan surf-nya menaiki ombak sampai kepada pemuda tersebut. Dan Ia pun selamat tetapi tak urung membuat yang melihatnya shock akibat ketidakberdayaan mereka.
Pantai Selatan Jawa memang terkenal akan keganasan ombaknya dan tak jarang menelan korban jiwa. Itulah pikiran saya manakala kami berencana mengunjungi ke sebuah pantai, Pantai Sawarna yang terletak di ujung selatan pulau Jawa, tepatnya di Kota Sukabumi . Namun, kalau kita disetir oleh ketakutan bukankah tidak ada penjelajahan Columbus yang mahsyur itu atau Penaklukan Jengis Khan yang mahaluas sampai-sampai gen bawaan bangsa mongol banyak dimiliki manusia masa kini, atau penemuan-penemuan berbahaya yang memakan korban penciptanya. Pesawat, kereta api, Radium ?
Rendezvouz ada di Kampus kami yang nostalgik walau sekarang dipenuhi wajah-wajah baru nan botak J, kampus STAN. Waktu itu hanya ada kami bertiga Simbah, Arik, dan Putri. APV Sewaan belum menunjukkan derunya walau kami sudah capek mengitari kampus ini sendiri-sendiri. Akhirnya mobil merah maroon itu tiba dengan membawa teman teman yang lain. Yudha, Pras, Khoir, Vito. Total 8 orang dan APV pun digas sekencang-kencangnya di pagi itu, kencang standar kota Jakarta hahaha
Setelah perjuangan berdarah-darah (halah)
akhirnya kami tiba di daerah pantai sawarna. Waktu itu malam gelap dan jalanan
sangat sempit yang pas hanya untuk dua mobil sehingga kalau-kalau ada belokan
dimana dua mobil berpapasan diharuskan ada kahati-hatian antarmobilnya karena
di pinggir jalanan terlihat menganga, walau bukan jurang,
tetapi cerukan yang lumayan ahay kalau kita jatuh ke bawahnya. Belakangan kami
tahu di siang harinya bahwa ada pemandangan indah yang ditawarkannya atas harga
ketinggian dataran yang harus kami bayar.
Waktu itu jalan semakin menanjak
curam sehingga menimbulkan kecurigaan jangan-jangan kesasar (don’t trust 100%
your GPS, produk Yahudi! XD ). Ternyata benar syak wasangka itu. Atas arahan
mas-mas yang kebetulan lewat dengan motor, kami disuruh memutar balik. Kembali ke lokasi di
alam seharusnya kami berada (lalu teringat insidious -_-)
Mobil diputar balik oleh sang driver, Khoir, dan touchdown di daerah tak bernama yang semula kami kira pintu masuk resmi pantai Sawarna. “Pak, ada ular kalau lewat sini?”
“Ati-ati aja mas, suka ada”
Mobil diputar balik oleh sang driver, Khoir, dan touchdown di daerah tak bernama yang semula kami kira pintu masuk resmi pantai Sawarna. “Pak, ada ular kalau lewat sini?”
“Ati-ati aja mas, suka ada”
Lalu….Seperti dikomando kopassus,kami pun
balik kanan dan langsung bubar jalan tanpa
penghormatan :D
Ternyata pintu masuk resmi pantai Sawarna ada
di depan alfamart yang ramai itu. Satu tips lagi kalau ke sawarna tidaklah
perlu membawa bekal yang banyak karena disini tersedia banyak toko-toko yang menyediakan
logistic seperti alfamart ini. Lalu, kami memutuskan untuk Sholat dulu di
sebuah masjid di dekat lokasi masuk. Yuda yang masuk ke kamar mandinya
terkaget-kaget karena mendadak ada yang mematikan lampu. Kagetnya karena
sebelumnya ada pengangkat mayat atau kerenda disitu. Takut tiba-tiba bergerak sendiri
XD
Akhirnya semua teah menunaikan
kewajibannya, logistik telah tercukupi, rasa lelah mampu ditahan sebentar lagi,
dan perjalanan menuju pantai sawarna dilanjutkan kembali.Untuk mencapai pantai
ini, mau tidak mau kami harus mengandalkan kaki sejauh 800 meter akibat terpotongnya jalur
antara tempat parkiran dan pantai dengan sebuah sungai lebar. Pengalaman
mendebarkan manakala melewati jembatan yang bergoyang secara tidak manusiawi
akibat dibangun dengan kurang meyakinkan. Kawat-kawat yang dianyam di kanan kiri bukan
besi sebagaimana biasanya dan jembatan ini dilewati motor-motor para biker yang
sekalinya lewat bergerombol, menambah ingatan akan keranda di masjid tadi, ingatan akan kematian -_-
Setelah melewati jembatan goyang heboh
tadi, kami harus melewati semacam perkampungan yang ternyata kumpulan homestay
yang ramai. Ada orang yang mojok bermesraa dengan kekasihnya, pemuda yang
menghabiskan malam dengan bersenda gurau, anak kecil yang bermanja-manjaan
dengan bapak ibunya atau kalau tertarik ada panggung dangdud yang ramai
didatangi para penghobi goyang dengan mengangkat jempol mereka.
Jalanan yang semula terang semakin berkurang intensitas cahanya dan di depan terpampang kegelapan nyaris total. Usut punya usut ternyata itulah pantai Sawarna ditandai dengan butiran pasirnya yang terasa lembut tetapi berat ketika menjejakkan kaki ke dalamnya. Maka Dome pun segera dibangun.
Jalanan yang semula terang semakin berkurang intensitas cahanya dan di depan terpampang kegelapan nyaris total. Usut punya usut ternyata itulah pantai Sawarna ditandai dengan butiran pasirnya yang terasa lembut tetapi berat ketika menjejakkan kaki ke dalamnya. Maka Dome pun segera dibangun.
Kala itu akibat kebodohan seseorang
yang membawa dua botol gas tetapi tidak membawa kompornya XD, acara masak-memasak nyaris urung
dilaksanakan. Untunglah warung-warung di sekitar pantai itu menawarkan jasa
penyediaan ikan-ikan mentah beserta panggangan dan kayunya. Pesta!
Oh iya, untuk nama sawarna sendiri bukanlah
nama pantainya. Sawarna adalah nama sebuah desa dimana kumpulan pantai-pantai
yang indah ini berada. Saat ini kami sedang camping di salah satu pantainya,
pantai pasir putih.
Setelah ikan yang lezat masak terbakar
masuk ke perut dan pahit kopi terasakan, kami beranjak ke peraduan mengobati
lelah perjalanan dan lelah mengeliling bibir pantai.
***
Matahari mulai bersinar dan ah…..biarlah
gambar-gambar ini yang bercerita sendiri tentang keindahan pantai-pantai
Sawarna.
simbah, pras, khoir, yuda, arik, vito, putri
(28-29 September 2013, Sawarna)
Sayonara teman sampai berjumpa di trip selanjutnya. Sayonara Sawarna.
*foto by Arik, Pribadi
*foto by Arik, Pribadi