Sewaktu kecil, dulu sekali berarti, orang tua saya sering sekali mengajak ke berbagai tempat. Untuk berekreasi, untuk mengunjungi dan belajar ke berbagai tempat karena pekerjaan orang tua saya memungkinkan untuk itu. Entah mengapa ketika dewasa saya sering merasa dejavu ketika mengunjungi suatu tempat yang belakangan walau lupa-lupa ingat ternyata saya pernah mengunjungi tempat itu. Ternyata, daya ingat manusia memang benar-benar terbatas. Padahal ingatan yang dikandung di dalamnya seringkali kenangan-kenangan berharga yang sangat saying jika hilang. Untuk itulah, akhir-akhir ini saya berjanji, bukan berjanji sih tepatnya hanya sekedar berniat kepada diri sendiri untuk merekam melalui tulisan perjalanan yang sudah saya lalui.
Untuk rekaman kali ini, adalah suatu
bukit yang berdiri…harusnya saya bumbui dengan kata angkuh setelah
ini agar berkesan gahar…tapi nggak ah, bukit ini tidak berdiri
angkuh seperti halnya pakubumi pakubumi lainnya di pulau jawa. Ia
hanya bukit saja yang terletak di dataran tinggi dieng. Bukit
Sikunir.
Disini bukan tingginya yang harus dilebaykan tetapi sunrise yang ia hasilkan yang patut dilebaykan ), penduduk sekitar menyebutnya “Golden Sunrise”. Saya yang mendengarnya sebelum mendaki jelas harus skeptis karena belum melihat sunrise-nya dengan mata kepala sendiri.
Disini bukan tingginya yang harus dilebaykan tetapi sunrise yang ia hasilkan yang patut dilebaykan ), penduduk sekitar menyebutnya “Golden Sunrise”. Saya yang mendengarnya sebelum mendaki jelas harus skeptis karena belum melihat sunrise-nya dengan mata kepala sendiri.
Perjalanan kesana cukup ditempuh dengan
motor mati-segan-hidup-pun-letoy akibat keuzurannya dari Tobacco
Town a.k.a Temanggung Bersenyum bersama Simbah, Arik dan Silvi.
Sebelumnya ketiganya sudah pusing mencari kompor di kota Magelang
gak ketemu-ketemu. Duh…kota Magelang duh XD.
Dengan H-Hour ditentukan jam 13.00 dan sebagai masyarakat Indonesia yang baik kami pun berangkat…….menjelang Ashar. Sesampai di sana suasana sudah gelap dan dinginnya udara terlalu ngawur untuk ukuran anak Jakarta seperti saya *muntah*. Namun, akibat suatu insiden mendadak badan saya hangat kembali walau perut terkocok. Insiden timbulnya aliran baru dalam persholatan. Entah karena udara dingin atau apa otak ini tidak bekerja terlalu baik sampai-sampai sholet pun harus diulang beberapa kali atau karena dinginnya udara membuat fals nya suara seseorang yang membuat orang lain yang terkena sindrom dingin dan membekukan otak menanggapi secara sensitive suara itu -_-
Dengan H-Hour ditentukan jam 13.00 dan sebagai masyarakat Indonesia yang baik kami pun berangkat…….menjelang Ashar. Sesampai di sana suasana sudah gelap dan dinginnya udara terlalu ngawur untuk ukuran anak Jakarta seperti saya *muntah*. Namun, akibat suatu insiden mendadak badan saya hangat kembali walau perut terkocok. Insiden timbulnya aliran baru dalam persholatan. Entah karena udara dingin atau apa otak ini tidak bekerja terlalu baik sampai-sampai sholet pun harus diulang beberapa kali atau karena dinginnya udara membuat fals nya suara seseorang yang membuat orang lain yang terkena sindrom dingin dan membekukan otak menanggapi secara sensitive suara itu -_-
Motor nyaris-sakaratul-maut saya
touchdown dengan sedikit turbulensi. Setelah melepas sauh saya pun
melangkah ke daratan dan berkata Eureka!. Oke, ini ngawur saya akibat
udara dingin maksimal. Tenda yang saya bawa pun dibuka dan dirakit
satu demi satu dengan penerangan seadanya. Akhirnya dua tenda
berdiri, satu gagah perkasa, satunya lagi bernasib sama dengan motor
saya, berdiri Cuma kalo dioles purwac*ng. *hush!*
Arik Mariyanti yang napsuan…napsu
tidur maksudnya pun seketika masuk tenda dengan Silvi. Entah kenapa
anak muda zaman sekarang tidak tahu moral lagi. Cowok Cewek tinggal
satu atap begitu.
Hahahaha. DENDAM KESUMAT blog sini terbalaskan : )))))
Hahahaha. DENDAM KESUMAT blog sini terbalaskan : )))))
Kami bangun menjelang subuh untuk
sahur, walau nantinya saya mokah akibat flu *alesaaaan*
Lalu dilanjut hiking berjamaah dengan penerangan seadanya mengejar Sunrise yang katanya Golden…..
Lalu dilanjut hiking berjamaah dengan penerangan seadanya mengejar Sunrise yang katanya Golden…..
Satu dua tiga langkah….cih enteng kali……
langkah ke tiga ratus anam puluh
Sembilan koma anam puluh Sembilan napas ini sudah memburu tak karuan
dan mata sudah jelalatan berkunang-kunang. Doh,
kapan sampai ini. Ketika tersadar Ternyata saya sudah di Istana
Langit ketemu Raja langit. Alamaaak…kebablasan. “Dewa Erlang
pinjam anjing langit buat mengantar saya pulang!” -_- Oke ini juga
fiktif dan bumbu biar cerita ini makin Hot dan Menjual. Cerita
sebenarnya saya diantar elang Indosiar -_-
Setelah kaki digerakan degan penuh pengharapan. Berharap sunrise yang akan kita temui disana adalah yang Golden bukan Perak atau Tembaga apalagi Besi Berkarat ……..
Setelah kaki digerakan degan penuh pengharapan. Berharap sunrise yang akan kita temui disana adalah yang Golden bukan Perak atau Tembaga apalagi Besi Berkarat ……..
drumroll1
.
.
drumroll2
.
.
dromroll3.
.
.
Ladies and gentleman…I introduce you
here…Precious Gift from our Creator. The reason why we should be proud
as an Indonesian .Golden Sunrise of Sikunir.
Bonus ketika di atas...View telaga cebong dan desa tertinggi di pulau Jawa, desa sembungan dari ketinggian
Perjalanan Turun ke bawah
Mari kita bongkarrr. Bongkarrr....bongkarrr....bongkarrr
Dieng, Sikunir Hill. 13-14 Oktober 2013.
Terima kasih atas bumi mu yang indah in ya Allah
Terima kasih Sikunir atas Golden Sunrise-nya
Terima kasih my Comrade
*foto: Arik, Pribadi
0 komentar:
Posting Komentar