Lebaran-Mbolang-Jogja

Rabu, 05 Oktober 2011

Jogjakarta, 8  Mei 2011,
Kebetulan pada hari itu saya sebagai mahasiswa mengalami yang namanya liburan kuliah karena merayakan hari raya idul fitri. Dan kebetulan pula saya merencanakan untuk mengisi liburan salah satunya dengan berlibur di salah satu kota favorit saya, yaitu Yogyakarta. Yogyakarta, entah sudah berapa kali saya kesana, selalu menjadi magnet bagi saya yang membuat  saya untuk kembali dan kembali lagi. Sebenarnya pada mulanya tidak ada rencana bagi saya untuk berlibur di kota dimana Soeharto berhasil merebut kembali kota itu setelah dikuasai Belanda melalui Agresi Belanda, hanya saja sms dari salah satu teman saya, sebut saja Antok (bukan nama sebenarnya :p) mengabarkan teman-teman dari FKMJ akan berlibur di Yogyakarta. Ya sudah, daripada ngangur di rumah dan lagian juga ada uang sisa, saya beranjak pergi untuk menuntaskan rasa kangen dengan kota tersebut.
Saya berangkat pagi-pagi sekali menggunakan alat transportasi terlaris di dunia, yaitu sepeda motor hehe. Maksud saya tentu saja biar nanti tidak merepotkan teman-teman saya kalau sampai saya datang terlambat. Perlahan ban motor saya melaju dengan kecepatan maksimum 99km/jam (udah gas pol nih haha) dari temanggung jam 07:15 dan tiba dengan sehat wal afiat di stadion UNY (sebagaimana perjanjian) pada pukul 8:30. Awal saya datang ternyata teman-teman belum datang. Ya sudah, saya pun ke POM bensin dulu untuk mengisi bensin. Saya kembali ke stadion dan melongok ke stadion jam 9nan, ternyata teman-teman belum datang juga. Saya memutuskan untuk duduk saja di pintu stadion sambil mengamati sekitar, ditemani penjual racun tikus di sebelah saya, yang tertidur dan hanya bangun ketika “dibangunkan” pembeli. Enak sekali ya jadi penjual racun tikus (dalam hati saja tapi), uang datang ketika tidur. Kemudian, daripada sebal melihat tidurnya mas-mas penjual pembunuh tikus, sebagai pembunuh waktu menunggu saya mengamati beraneka ragam masyarakat yang lalu lalang dengan kendaraannya di jalan depan stadion. Saya taksir kebanyakan adalah pemuda, jadi ya saya simpulkan mahasiswa UGM atau UNY dan beberapa adalah anak-anak SMA. Kebanyakan pula adalah wanita, suatu hal yang amat langka ketika saya kuliah di almamater saya dahulu hehe. Selain jalan di kanan kirinya juga terdapat trotoar yang lagi-lagi didominasi pejalan kaki sebagaimana saya sebutkan di atas. Saya pikir, lingkungan kampus pada satu kota dengan kota yang lain memang serupa seperti ini. Beralih ke stadionnya, ternyata  stadion kebanggaan mahasiswa UNY ini baru saja digunakan berlatih untuk timnas Indonesia U-23. Hal ini terpampang jelas pada spanduk yang dipasang di depan stadion yang berisi kata-kata penyambutan. Wah, hebat sekali ya alih-alih menggunakan Mandala Krida (stadion utama kota Yogyakarta), timnas menggunakan stadion ini sebagai sarana latihannya, saya menjadi semakin penasaran saja tentang isi dari stadion ini, soalnya saya sendiri belum pernah masuk stadion ini, padahal stadion terbesar di Indonesia saja (Gelora Bung Karno) saya sudah pernah masuk.
Siang mulai beranjak dan saya mulai mengantuk apalagi ditemani mas-penjual-racun-tikus yang memamerkan kenikmatan tertinggi duniawi (baca:tidur). Budaya ngaret memang sudah mengakar kuat dalam masyarakat kita dan saya juga salah satu penganut fanatik aliran ini, jadi saya tidak bisa sebal pada teman-teman saya itu kali ini, gara-gara sesekali jadi orang yang tepat waktu. Sambil mengantuk tiba-tiba dari kejauhan tampak teman saya yang berboncengan dengan mesranya Daud dengan Damar yang datang jauh-jauh dari Gombong. Saya katakan mesra karena mereka mengendarai motor bermerk SM*SH  silahkan simpulkan sendiri hehe. Dengan sedikit “pisuhan” saya heha hehe dengan mereka. Oia, sebelumnya yang datang pertama adalah as-salakiyah, Priyono Fauzanto-Gaul Keren. Tak lama kemudian datanglah mas visa dengan adek tersayangnya, Antok (bukan nama sebenarnya :p) anak magelang tulen, tidak seperti saya yang karbitan. Si Antok masih dengan gaya senyum tukulnya gara-gara kumisnya yang malu-malu kucing, mas Visa masih dengan gaya senyum bajing-nya puhahaha. Ternyata, sebelum sampai di stadion mereka musti “ngampiri” dulu Agil , sehingga praktis mereka datangnya bersamaan Visa, Antok, Agil, Asri. Setelah itu kami cipika-cipika dengan mbak-mbaknya (ini ditulis biar lebih menjual tulisannya). Tak lama berselang, Wika berboncengan dengan Sofi tiba di TKP . Sofi tampak eksotis dengan kaos kaki yang dikenakannya di samping sandal pula. Memang, anak gunung yang turun gunung butuh suatu kehangatan. Akhirnya datanglah  peserta terakhir yang ditunggu , yaitu Dira dengan Yessie, kami berdelapan pun melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama: kebun binatang Gembira Loka.
***
Kebun binatang Gembira Loka, FYI saja, kebun ini dibangun atas prakarsa sultan Hamengku Buwono VII semenjak tahun 1933. Nama awalnya bukanlah Gembira Loka tetapi “Kebun Rojo”. Pembangunan kebun binatang ini  terhenti akibat Perang Dunia II, dan kembali diusulkan untuk dibangun kembali di tahun 1949 sebagai kenang-kenangan bagi masyarat Yogyakarta karena Ibukota Republik Indonesia dipindah kembali dari Yogyakarta ke Jakarta. Akhirnya usul ini baru bisa terealisasi semenjak berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta tahun 1953 yang diketuai KGPAA Paku Alam VIII. Dari yayasan ini pulalah, kebun binatang mendapatkan namanya. Kembali ke topik, akhirnya kami berdelapan sampai  juga di kebun binatang ini dengan penunjuk arah as-salakiyah Fauzanto Gaulkeren. Setelah memarkir motor kami masing-masing, kami pun memasuki area kebun binatang. Sempat terbersit keengganan untuk memasuki kebun binatang setelah melihat harga tiket yang terpampang, 15.000 rupiah saja.  Tapi, karena sudah tanggung ya, akhirnya masuk juga. Hal menarik yang yang  pertama  kali saya amati adalah tulisan Free Hotspot wifi. Dalam pikiran saya, saya membayangkan pengunjung kebun binatang ini kan sifatnya moving dari satu tempat ke tempat lain untuk melihat hewan, kenapa mesti dipasang wifi? Lagian pengunjungnya pun kebanyakan anak-anak. Dugaan saya terbukti, dari penglihatan saya sepanjang jalan jarang sekali (kalau boleh dikatakan tidak ada)  orang yang asik surfing dengan laptopnya  atau sekedar bermain HP dan memang kebanyakan yang datang adalah anak-anak. Sampai-sampai saya jadi malu sendiri udah “gede” gini datang ke kebun binatang. Hewan-hewan yang dipertontonkan kebun binatang ini cukup banyak dan menarik. Mulai dari monyet, orang utan, berbagai macam reptile, berbagai macam burung ada dan terawat dengan baik. Bahkan onta yang habitat gurun pun ada. Saya tertariknya dengan ikan yang super besar, kalau tidak salah sih ikan Arwana. Mungkin kalau diberdirikan dari ekor ke kepalanya bisa  setinggi orang dewasa.  Apalagi ikan tersebut diletakan di dalam akuarium yang dari banyak sisi bisa dilihat. Semakin menambah keindahan ikan itu, dengan sisik yang terlihat jelas dan warna-warna cantiknya yang eksotis. Dalam satu akuarium itu, saya lihat pula ikan lele dengan ukuran jumbo, benar-benar besar luar biasa sebagaimana ketika saya mendeskripsikan ikan Arwana tadi, saya tidak heran lagi ketika dahulu pernah saya baca di suatu surat kabar bagaimana seekor lele memakan  manusia mati. Kemudian terdapat pula hewan-hewan kelas berat kebanggan saya, gajah, macan, buaya. Sayang sekali mereka semuanya tertidur di pagi yang cerah itu, sehingga saya tidak bisa melihat aksi mereka. Hal yang saya perhatikan pula adalah kandang-kandang dari hewan-hewan ini, dahulu ketika saya datang kesini kandang-kandangnya masih terbuat dari terali besi. Kini ada perkembangan yang mana kandangnya terbuat dari kaca, sehingga pengunjung dapat melihat hewan-hewan yang ada  seolah-seolah tanpa ada pembatas. Semakin lama berjalan, kami bertemu dengan kolam yang amat luas dimana ditengah kolam ada replika kapal yang besar dan replika tersebut diputari berulang-ulang oleh perahu boat. Dengan menaiki perahu boat, pengunjung dimanjakan oleh pengalaman derasnya adrenalin yang mengalir. kapal berbelok ketika hampir kena pembatas kolam (sepenglihatan saya), tapi berkat kelihaian si operator kapal boat berbelok dengan lancarnya. Air kolam pun sampai muncrat muncrat keluar dari kolam. Saya sendiri ingin mencoba, tapi sayang kelihatannya mahal dan teman-teman tidak berminat. Selain hewan-hewan, memang kebun binatang ini menyuguhkan hiburan-hiburan lain. Ada kapal Boat sebagaimana yang saya sebutkan tadi, sekuter air, perahu senggol, perahu kayu, perahu hiu, kolam tangkap, ATV, kereta kelinci dan masih banyak hiburan-hiburan lainnya untuk memanjakan pengunjung yang memang kebanyakan anak-anak itu.
Selama perjalanan kami, tentu saja ada satu ritual wajib yang harus dilaksanakan. Apalagi kalau bukan foto-foto. Inilah hasil jepretan foto selama disana 
 gerombolan pengacau

 Asri+Bulus


Kak Sholeh sedang memperhatikan satwa? di dalam kandang

Pukul satu siang kami berencana mengakhiri perjalanan kami di kebun binatang tersebut. Akhirnya selepas sholat dzuhur di masjid terdekat kami pun sesegera mungkin menuju objek wisata selanjutnya yang direncanakan. Yogyakarta yang panas dan padat penduduk diikuti padatnya lalu lintas adalah kesan saya ketika melewati jalan-jalan di kota pelajar tersebut. Di perjalanan kami bingung akan makan dimana terebih dahulu, sebelum menuju objek wisata selanjutnya. Akhirnya kami memutuskan makan sop di sekitaran jalan gejayan kalo saya tidak salah. Saya sendiri memesan sop pisah daging dan es jeruk dengan tambahan 2porsi nasi! Memang makan bersama setelah lelah dan kepanasan begini tidak bisa diucapkan dengan kata-kata nikmatnya. Semua perut sudah terisi dan wajah yang layu pun sudah sama mengembang lagi senyum-senyumnya. Akhirnya perjalanan dilanjutkan kembali ke next destination: Malioboro.
Sial tak dapat dinyana, ternyata jalan-jalan di Malioboro dipakai untuk lewat parade sehingga tak ada satupun motor bisa masuk. Ya sudah akhirnya diputuskan untuk ke candi Prambanan saja. Keputusan yang akhirnya tidak jadi dilaksanakan karena belakangan baru disadari candi Prambanan jam lima-an udah tutup padahal saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah empat. Akhirnya kami menghabiskan waktu di masjid selepas sholat asar. Bukan kenapa-kenapa, tetapi bingung lagi mau kemana sampai-sampai si korlaknya, Antok (bukan nama sebenarnya :p) kebakaran jenggot dan ingah-ingih bingung hehe. Akhirnya diputuskanlah untuk menghabiskanlah hari di kafe sembari nongkrong. Seperti biasa di kafe selain nongkrong juga sotret sana, sotret sini. Ini hasilnya 

Akhirnya setelah semua “terpuaskan” di hari yang melelahkan itu, kami balik ke rumah masing-masing setelah mampir sebentar di masjid untuk sholat maghrib. Kecuali saya, Visa, dan Antok yang mampir dulu di alun-alun magelang untuk nongkrong sesaat dan menghangatkan badan. Saya sudah sering sekali ke Yogyakarta. Sangat sering malah. Namun, dengan orang yang berbeda suasananya memang akan terasa berbeda. Nice Trip and Happy holiday. Wassalam!

1 komentar:

Arif Sofi mengatakan...

well..nice trip :D

Posting Komentar